karya ilmiah siswa indonesia

 Pendidikan di Indonesia mungkin bisa dikatakan masih jauh dari kata ideal. Namun, ini bukan berarti siswa di Indonesia kekurangan prestasi. Karya ilmiah sejumlah siswa di Indonesia tidak hanya membuat kita takjub, namun dunia internasional memberikan apresiasi. 

1. Siswa di Aceh mengubah asam di buah Kedondong menjadi energi listrik Sejak duduk di bangku SD, Naufal Raziq, memang memiliki ketertarikan terhadap sains. Remaja asal Desa Tampur Paloh, Aceh Timur itu pun melanjutkan "tugas" mata pelajaran IPA sewaktu SD, yaitu menghasilkan energi listrik dengan mengubah kandungan asam dari kentang.
Hasil gambar untuk naufal penemu listrik dari pohon kedondong
Namun bedanya, Naufan kali ini memilih buah kandungan asam di buah kedondong pagar untuk menjadi energi listrik. Proses penelitiannya yang panjang akhirnya membuktikan bahwa Kendondong pagar atau Spodias pinatta adalah media terbaik untuk menghasilkan energi listrik. energi yang dihasilkan mampu menyalakan sebuah lampu. karya Naufal sudah dipatenkan. PT Pertamina EP pun sudah menggandeng Naufal dan listrik kedondong ala Naufan sudah menerangi 20 rumah di kampung halamannya. Naufal pun akhirnya membantu "menerangi" kampungnya yang telah lama selalu gelap gulita saat malam tiba. 

BeeHappy

Hasil gambar untuk buah carica
2. Minyak wangi dari buah carica karya siswa SMA di Wonosobo Siswa SMA Muhammadiyah Wonosobo, Jawa Tengah, mengembangkan buah carica, buah khas dari pegungungan Dieng, untuk dijadikan makanan dodol dan menghasilkan parfum. Proses destilasi yang mereka lakukan ternyata buah carica menyimpan aroma wangi menyegarkan. Penelitian tersebut dilakukan oleh 7 orang siswa pada awal tahun 2011. 
Ketujuh siswa tersebut adalah Putri Ekaningtyas, Nur Laili Ekawati, Sara Nurul Hidayah, Dinda Indah RA, Indra Setia Rahmat, Defla Kartika dan Ajib Amarudin. "Kami menghasilkan parfum setelah melakukan percobaan hingga empat kali gagal," kata Putri Ekaningtyas. Seperti diketahui, carica merupakan buah jenis pepaya yang tumbuh subur di dataran tinggi Dieng.
 Namun beda dengan pepaya di tempat lain, carica memiliki kandungan serat lebih kenyal, dan getah lebih tebal. "Selama ini kami mengamati carica hanya untuk sirup atau manisan. padahal carica menyimpan aroma khas yang tidak didapatkan pada buah lain,"

 3. Dua siswi dari Jawa Timur menciptakan tisu ramah lingkungan saat acara Indonesia Science Project Olimpiade (ISPO), Octaviana Galuh Pratiwi dan Shella Vidya Ayu, memamerkan temuan mereka berupa tisu ramah lingkungan. Tisu ini berbahan dasar ampas nanas dan dikombinasikan dengan buah busuk, air, dan gula.

 campuran ampas nanas dengan buah busuk, air, dan gula akan menghasilkan selulosa bakteri Acetobacter xylinum. Berdasar penelitian mereka, bahan inilah yang dijadikan bahan dasar membuat tisu. Seperti diketahui, bahan dasar tisu yang sering kita gunakan adalah selulusa tumbuhan, khususnya pohon pinus. Penemuan dua siswi SMA Negeri 2 Lamongan Jawa Timur tersebut menjadi terobosan baru untuk mencegah penggundulan hutan pinus. Galuh dan Shella memanfaatkan bahan-bahan bekas dan sudah tidak digunakan lagi. 

4. Dua siswa SD di Gresik temukan BIAS untuk mencegah kebakaran Dua siswa Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 2 GKB, Gresik, yaitu Zevana Hamdan Zahuri Kisna dan Berliana Abidatillah Mumtazah, menciptakan BIAS (Botol Informasi Ambang Suhu Ruangan).
Zevana Hamdan Zahuri Kisna (kiri) dan Berliana Abidatillah Mumtazah, bersama dengan BIAS yang berhasil mereka temukan.
 Alat peraga yang mampu mendeteksi suhu panas di luar ambang batas di sebuah ruangan. Suhu yang terlalu panas di sebuah ruangan akan memicu kebakaran apabil terjadi kebocoran gas dari tabung elpiji. BIAS terdiri tiga botol kaca yang sudah berisi air. Ketiga botol tersebut saling dihubungkan dengan menggunakan selang. Botol air yang berada di tengah, khusus diberikan warna merah dan tersambung dengan bel. "Saat ada peningkatan panas di suatu ruangan, maka air yang ada di dalam botol akan memuai.

Coba dibayangkan seperti orang masak air, semakin suhunya panas kan mendidih. Dengan air yang memuai itu, akan masuk pada botol warna merah yang sudah terdapat kabel positif dan negatif, dan kabel itu tersambung dengan bel, Begitu bel dari BIAS berbunyi, maka dapat dijadikan pedoman bagi orang yang ada di sekitar ruangan, apabila terjadi kebocoran tabung gas. Penemuan ini tidak hanya menjadi yang terbaik saat lomba karya cipta dan penelitian ilmiah kategori IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Dinas Pendidikan Kabupaten Gresik, pada bulan April 2018 lalu, namun juga diharapkan jatuhnya korban kebakaran akibat ledakan tabung gas elpiji. 

5. Lima T dari Christopher Farrel Millenio, peneliti muda yang diundang Google Christopher Farrel Millenio Kusuma adalah remaja asal Yogyakarta yang menemukan cara memampatkan data di dalam peragkat lunak.
 Christopher Farrel Millenio Kusuma

 Proposal penelitiannya yang berjudul "Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data", membuat Google, mengundangnya untuk melakukan presentasi. "Berangkat ke sana karena proposal penelitian saya berjudul 'Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data' lolos Ide penelitian Ferrel berawal dari kuota data internet yang dimilikinya terbatas ketika hendak mengunduh game. Saat itu Ferrel masih duduk di kelas 1 SMA. Lalu Ferrel mencoba mencari cara untuk mengecilkan kapasitas game tersebut agar bisa diunduh, katanya. Proposal penelitiannya tersebut sudah diajukan dalam setiap lomba di Indonesia, namun tak kunjung lolos. Ferrel mengatakan, kurang lebih 11 kali event belum ada yang nyangkut. Namun, prinisip hidup 5 T (takon, teken, teteg, tekun, tekan) membawanya ke Amerika Serikat untuk menunjukkan kebolehannya di hadapan ilmuwan dan peneliti. Ferrel berada di kantor Google Mountain View, California, Amerika, dari tanggal 15-20 Februari 2017.


BeeHappy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Pasukan Indonesia